Pengalaman hidup pribadi saya saat awal-awal menjadi seorang leader di perusahaan saya bekerja. Kebetulan saat itu saya menjadi seorang Kepala Bagian suatu department. Saya punya kebiasaan melakukan inspeksi ke lapangan, meninjau rutin apa yang orang saya kerjakan dilapangan di waktu-waktu yang tak terduga. One day, waktu saya melakukan hal tersebut, saya melihat ada suatu kejadian yang benar-benar tidak dapat saya tolerir. Bayangkan, bermain bola basket di saat jam kerja. Wow! Saya pribadi suka sekali bermain basket, tapi ya tahu dirilah, jam kerja masa bermain basket.
Tak lama saya menghampiri orang saya tersebut, kebetulan juga dia adalah seorang Kepala Regu. Waktu itu saya langsung mengingatkan dia, dengan nada yang keras, plus juga di hadapan anak buahnya dia. Setelah itu saya tinggalkan mereka. Beberapa menit kemudian orang tersebut datang kepada saya di ruangan saya. Dia meminta maaf kepada saya tentang kejadian tersebut. Dan dia mengatakan kepada saya, apabila pada kemudian hari dia melakukan kesalahan, dia minta untuk dipanggil ke ruangan saya saja. Jangan dilakukan di depan anak buahnya. Spontan pada waktu itu saya menjadi sadar. Benar juga apa yang dia katakan. Saya kemudian meminta maaf juga kepada dia tentang perlakuan saya kepadanya.
Itu kisah nyata yang terjadi pada saya. Waktu itu saya baru lulus kuliah, baru menjabat sebagai seorang pemimpin, masih sangat hijau dalam melakukan segala sesuatu yang terkait dengan kepemimpinan. Saya juga pada waktu itu tidak pernah membaca buku-buku tentang leadership dan sejenisnya. Jauh setelah kejadian tersebut, saya banyak membaca buku tentang manusia untuk membuka wawasan saya dan mengembangkan interpesonal skill saya. Banyak sumber yang mengatakan bahwa melakukan suatu peringatan kepada seseorang di tempat umum adalah hal yang salah secara humanitis. Efeknya akan sangat besar bagi orang tersebut. Pertama, mental akan menjadi down. Dan jika mental sudah down, akan sulit sekali untuk diangkat. Dampaknya, motivasi akan berkurang. Kedua, harga diri orang tersebut akan turun dimata publik yang menyaksikan. Dia bisa dianggap remeh oleh rekan-rekannya. Apalagi jika dia dingatkan untuk hal-hal yang sepele.
Fast forward ke beberapa waktu lalu, empat tahun setelah kejadian itu terjadi, saya mendapat curhat dari salah seorang rekan kerja saya. Dia adalah seorang petugas security. Dia menceritakan tentang temannya dia yang baru saja mendapat teguran dari atasannya. Kejadiannya sama persis dengan apa yang pernah saya alami. Temannya tersebut dimarahin habis-habisan didepan publik. Hanya karena suatu perkara sepele. Dampak yang terjadi sangat hebat dan benar-benar di luar akal sehat saya. Kedua orang yang terlibat tersebut akhirnya bertengkar, adu mulut, terakhir sampai keluar ancaman tindak kekerasan. Wow!!
John Maxwell mengatakan dalam salah satu bukunya, berikanlah pujian kepada seseorang di depan umum, namun ingatkanlah dia di tempat yang sunyi. Memang hal itu sangat benar. Kekuatan sebuah kata-kata sangat dashsat. Jika Anda dapat melakukan hal tersebut, memuji seseorang di depan umum, orang tersebut akan terangkat moralnya, motivasi akan meningkat dan dia menjadi respek dengan Anda. Sebaliknya jika anda memperingatkan dia di depan umum, apalagi dengan kasar, yang terjadi adalah sebaliknya. Motivasinya akan berkurang, dan tidak mustahil dia akan membenci Anda. Buat pujian yang sederhana, tapi jangan berlebihan. Jika Anda mempunyai seorang asisten yang jago masak, suatu saat ada pertemuan bisnis dengan klien Anda, cobalah memperkenalkan asisten Anda kepada rekan bisnis Anda sambil mengatakan bahwa masakan buatan asisten Anda ini sangat enak. Niscaya, besok pagi di meja kerja Anda tersedia masakan lezat hasil karya asisten Anda sebagi tanda terima kasih karena sudah memujinya di depan rekan bisnis Anda.
"Peringatkanlah temanmu secara sembunyi-sembunyi, puji mereka secara terbuka" -- Publilius Syrus