Pacarin, Kalo Perlu Ajak Kawin

What do you think with the title?

Ini bukan tentang teknik berpacaran, tapi tentang teknik pendekatan dan motivasi. Pada awal saya pindah kerja, saya merasa stress. Saya datang sebagai seorang kepala, bukan staff. Saya harus memimpin orang-orang yang jauh lebih senior dari saya di perusahaan itu. Tentu saja dengan like and dislike mereka terhadap saya. Satu persatu dapat saya taklukkan (bukan dalam pertandingan tinju atau smack down). Menaklukkan dalam arti influence. Bagaimana membuat mereka semua satu visi dengan saya, menghargai dan menghormati saya sebagai pemimpin mereka. Tetapi ada satu orang yang very difficult untuk ditaklukkan, dan kebetulan wanita.

Singkat kata, saya sempet depresi... nih orang susah bener diajak ngomong. Tapi saya paham bener, tipikal orang gini harus dielus dari bawah. Saya sempet curhat dengan atasan saya yang kebetulan tidak sekota dengan saya. Saya cerita panjang lebar. Dia malah tertawa. Terus dia bilang gini, "Lu belum punya cewe kan? Udah.. deketin... tempel aja... pacarin, kalo perlu ajak kawin, ntar pasti luluh". Saya dalam hati bingung, mampus dong kalo gitu.

Tapi itu hanya permainan kata-kata dari atasan saya. Saya mengerti apa yang dia maksudkan. Maksudnya, saya mesti ganti metode pendekatan ke bawahan saya. Cari cara yang lain, yah... sedikit rayuan gombal di era pacaran. Walhasil.. setelah metode berganti, takluk juga tuh.

Inti dari permasalahan ini sebenarnya sepele. Pendekatan kepada seseorang itu sangat penting. Tiap manusia adalah unik. Masing-masing punya kepribadian berbeda-beda. Tinggal bagaimana cara menyentuh dia agar masuk ke bagian kita. Bahasa keren nya adalah influence. Bagaimana kita mempengaruhi orang lain untuk mengikuti kita.

Banyak cara untuk mempengaruhi seseorang. Sebenarnya, dari pengalaman saya, kunci influence cuma satu. Kita harus mengerti dunia mereka. Itu saja. Misalkan kita mau mempengaruhi tukang becak buat pilih kita jadi walikota, pelajari dulu dunia becak. Gimana cara jalanin becak yang bener, cara merawat becak yang bener, dll

Dengan kita mengerti dunia mereka, kita pasti akan mendapatkan respek dari mereka. Mereka akan menghargai kita, mereka merasa bahwa kita mengerti apa yang mereka kerjakan. Kita mendapatkan respek mereka bukan dari otoriter kita, bukan dari kekuatan kita.

Selamat mencoba

Intermezzo Part I (Mengatasi Bete di Lift)


Ketika anda hanya berdua dengan orang tak dikenal, colek bahunya!
Kemudian anda pura-pura melihat ke tempat lain..

Tekan tombol lift kemudian anda pura-pura kesetrum.
Tersenyumlah, lalu..... ulangi lagi.

Pasanglah muka menyeringai kesakitan sambil memegangi kepala anda dan
mengumpat: “Diam, semuanya diam!”

Gunakan HP anda untuk telpon ke Psikolog sambil bertanya apakah dia
tahu di lantai berapa anda sekarang ?

Bawalah kamera dan ambillah gambar semua orang yang ada di dalam
lift.

Pindahkan meja kerja anda ke dalam lift. Jika ada yang masuk,
tanyakan apakah mereka sudah membuat janji.

Bentangkan papan catur di lantai lift dan ajaklah orang-orang,
barangkali ada yang mau main.

Letakkan sebuah bungkusan di pojok, jika ada yang masuk, tanyakan
apakah mereka mendengar suara tik...tik...tik...

Anda pura-pura jadi pramugari. Tunjukkan prosedur keselamatan
penerbangan seperti di dalam pesawat terbang.

Ketika pintu menutup, beri pengumuman kepada orang-orang. Tenang,
jangan panik, nanti pasti terbuka lagi koq.

Bukalah tas anda, sambil melihat ke dalam tas,
tanyalah: “Udaranya cukup nggak disitu?”

Diam dan jangan bergerak sama sekali di pojok lift, menghadap
dinding, jangan pernah keluar.

Bawalah wayang golek atau wayang kulit, gunakan wayang itu untuk
ngobrol dengan orang di dekat anda.

Dengarkan suara di dinding lift dengan stetoskop.

Buatlah garis di lantai sekeliling anda menggunakan kapur, lalu
bilang: Ini adalah wilayah SAYA

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons