Sudahkah Orang Mengingat Nama Anda?



Orang tua saya mempunyai sebuah toko barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kadang kala waktu saya tidak malas, saya ikut membantu menjaga toko, maklum masih kecil, pengennya main terus. Suatu hari, ada seorang pembeli, ibu-ibu tua, berkata kepada saya, "Mas, mau beli Blue Band dong".Saya bertanya kepada ibu itu, "Yang besar atau yang kecil Bu?" Ibu itu menjawab, "Yang kecil aja". Saya segera mengambilkan si Blue Band. Waktu saya memberikan Blue Band kepada ibu itu. Kemudian ibu itu berkata lagi, "Oh bukan yang ini mas, yang itu" dia menunjuk margarine merk lain.

Itu adalah satu dari sekian banyak brand di Indonesia yang di-salah kaprah-kan. Jika tidak salah, Jaya Suprana menyebutnya sebagai kelirumologi. Lain hal nya dengan Jaya Suprana, dosen saya waktu kuliah dulu, Kresnayana Yahya, menyebutnya sebagai ilmu Brand Management. Bagaimana membuat brand image dari suatu produk menjadi nomer 1 di masyarakat. Banyak contoh kasus lain selain "Blue Band". Softex dan Aqua merupakan 2 contoh brand yang bertahun-tahun menjadi penguasa di Indonesia.

Hubungannya dengan judul diatas apa? Saya tidak menulis tentang ilmu Brand Management, karena saya nothing dalam hal itu. Saya hanya mencoba mengaitkan dengan image kita sebagai manusia. Jika saya menyebut microsoft, nama orang yang ada di benak anda adalah? Bill Gates. Sekarang bagaimanakah nama anda diingat oleh orang-orang di sekitar anda? Tidak usah muluk-muluk diingat diseluruh dunia. Cukup kita mulai dengan orang-orang disekitar anda.

Saya punya seorang mantan rekan kerja yang sangat dikenal di kantor saya dulu, dan bahkan sampai sekarang jika saya berkumpul dengan teman-teman kantor lama untuk sekedar makan malam atau minum kopi, masih muncul image yang sama tentang orang tersebut. Dia diingat karena sifatnya yang seenaknya sendiri, sok berkuasa, padahal dia tidak mempunyai kemampuan apa-apa, dan hasil kerja tidak terlalu bagus. Kok semuanya hal jelek ya? Memang, manusia lebih mudah merekam hal-hal yang negatif dalam otak mereka, dibandingkan dengan hal-hal yang bagus. Tak heran jika banyak orang menjadi lebih mudah sakit hati dibandingkan menjadi bahagia.

Kembali ke topik utama tulisan ini, "Sudahkah orang mengingat nama anda?" Mengingat dalam artian hal yang bagus. Misalkan jika menyebut nama Kartini, yang terlintas adalah seorang pahlawan wanita Indonesia yang terkenal karena memperjuangkan emansipasi wanita Indonesia. Bagaimana dengan anda? Apa yang terlintas dipikiran teman-teman anda saat anda menanyakan arti nama anda kepada mereka? Hal-hal baik? Atau buruk? Jika lebih banyak hal buruk daripada yang baik, berarti anda perlu meng-improve diri anda untuk menjadi lebih baik.

Buat orang menyebutkan nama anda saat ada pertanyaan, "Siapa teman anda yang paling baik?" Buat orang mengingat anda untuk hal-hal yang positif. Jadilah seperti Blue Band, Softex dan Aqua di dalam kehidupan ini

Explore Your Creative Thinking

Saya pernah mendapatkan sebuah pengalaman menarik saat mengikuti training leadership di Dale Carnegie tentang metode berpikir. Trainer nya memberikan metode berpikir traffic light. Pola pikir manusia diibaratkan dengan lampu perempatan jalan. Ada tiga warna di lampu tersebut, merah, kuning dan hijau. Demikian juga sebaiknya manusia berpikir.

Sebelum masuk ke traffic light method, cobalah anda mengikuti sedikit tes berikut ini.



Buatlah pada selembar kertas, 25 buah lingkaran yang cukup untuk diisi sebuah kata. Ambil jam, dan hitung dalam waktu 1 menit, tuliskan semua benda yang berbentuk lingkaran, bundar, atau bulat, di masing-masing lingkaran tersebut, tiap lingkaran 1 benda.

STOP SAMPAI DISINI SEBELUM ANDA MELANJUTKAN MEMBACA, PASTIKAN ANDA TELAH MENYELESAIKAN TES INI SEBELUM MEMBACA KELANJUTANNYA.

Setelah 1 menit, berapa bendakah yang dapat anda tuliskan? 10? 15? atau 35? Atau? Simpan dulu jawaban anda.

Pada waktu saya mengikuti tes tersebut, saya dapat memenuhi semua lingkaran tersebut dengan benda yang dimaksudkan. Ada 8 peserta training, termasuk saya, sebagian besar hanya mampu menyelesaikan 10-15 lingkaran. Bagaimana dengan anda?

Jika anda dapat menyelesaikan sedikitnya 20 lingkaran, sadar atau tidak, otak anda sudah berpola pikir traffic light. Metode ini menurut saya cukup bangus untuk brainstorming.

Secara prinsipal, metode traffic light dimulai dari lampu hijau. Lampu hijau mengisyaratkan di jalan raya bahwa kendaraan boleh melintas. Sama hal nya dengan pola pikir kita. Lintaskan semua yang ada dalam pikiran kita. Sebagai contoh untuk contoh tes diatas, bebaskan semua pikiran anda, termasuk ide-ide gila yang mungkin tidak masuk akal. Benda berbentuk lingkaran, bulat, bundar, apa saja itu? Pikiran normal manusia pasti menyebutkan hal-hal yang sudah mereka rekam di otak bawah sadar, yang sehari-hari sering dijumpai, seperti velg mobil, bola & cincin. Pernahkah anda berpikir saat mengisi tes tadi untuk menuliskan "gelas tampak atas"? Atau menuliskan bola voli dan bola basket?

Trainer saya pada waktu itu menceritakan, salah satu trainee nya yang kebetulan hobi bermain bilyar, dengan mudah mendapatkan 22 jawaban dalam waktu kruang dari 10 detik. Mulai dari bola putih, bola nomer 1 s/d no 15, lubang 1 s/d lubang 6. Pernahkah anda bepikir demikian?

Itu adalah metode berpikir lampu hijau. Menghalalkan semua hal untuk masuk ke dalam pikiran kita. Pola pikir ini benar-benar cocok untuk brainstorming. Nah setelah semua ide-ide gila masuk, baru dilakukan filterisasi pada lampu kuning. Mana yang ok dan mana yang tidak. Misalkan dari contoh si pemain bilyar tadi, bola putih, bola 1 s/d 15 dianggap sama, kemudian lubang 1 s/d 6 dianggap sama. Terakhir kita gunakan lampu merah untuk mendapatkan hasil yang sesunggnya, yaitu bola dan lubang. 2 buah benda yang berbentuk lingkaran, bundar atau bulat.

Coba gali pikiran lebih dalam, anda pasti akan dapat mengembangkan kreativitas dalam berpikir, dan mendapatkan final decision yang sangat bagus. Selamat mencoba!

Tunjuklah Dengan Tangan Terbuka


Pernahkah anda menunjuk seseorang dengan cara menudingkan tangan?

Ada sebuah joke menarik dari guru SD saya tentang menuding. Saat anda menuding, 2 jari (telunjuk dan ibu jari) akan menunjuk ke lawan bicara anda, sedangkan 3 jari lainnya menunding ke diri anda sendiri. Oleh karena itu tunjuklah orang lain dengan tangan terbuka, sehingga 5 jari akan menunjuk seluruhnya ke lawan bicara anda.

Saya baru saja mendapatkan sebuah pengalaman menarik meng-eksplore manusia. Suatu hal yang sedang saya minati belakangan ini. Meng-ekspore dalam arti eksplorasi secara psikis, bukan fisik. Di tempat saya bekerja, akan dilakukan pergantian kepala regu di suatu bagian tertentu, kebetulan bukan dalam department saya. Pada mulanya hal itu sedikit bersifat confidential. Entah kenapa akhirnya semua karyawan dalam regu tersebut sudah mengetahuinya.

Saya coba bertanya dengan karyawan di regu tersebut tentang kenapa sih mesti ada pergantian kepada tiap-tiap orang secara terpisah. Memangnya ada apa dengan pemimpin yang sekarang. Saya coba sedikit mencari keterangan dari mereka. Hampir semuanya menyebutkan hal-hal buruk tentang kinerja pemimpinnya itu. Kemudian saya bertanya lagi kepada mereka, memang seharusnya bagaimana? Mereka pun dengan semangat menjelaskan apa yang ada di pikiran mereka masing-masing. Akhirnya pertanyaan saya yang terakhir, "Wah Anda mempunya pemikiran yang bagus mengenai hal ini, bagaimana jika anda saja yang menjadi pemimpin regu ini?"

Dan untuk ketiga kalinya juga mereka dengan kompak menjawab, "Waduh.. jangan saya Pak, saya ini bla bla bla bla..."

Satu hal yang selama ini menjadi sifat dasar manusia, ibarat peribahasa waktu SD dulu, "Lempar Batu Sembunyi Tangan". Semua orang tadi dengan lancarnya mengatakan ini itu ini itu, tapi saat dia ditunjuk, hands up!

Bagi saya, kebetulan saya menjadi seorang leader, jika memang Anda tidak punya suatu keberanian untuk melakukan sesuatu, jangan banyak bicara. Itu adalah salah satu nilai yang bagi saya merupakan point penting untuk menjadi pemimpin. Ki Hajar Dewantoro pernah mengajarkan, Ing Ngarso Sung Tulodho, artinya yang di depan memberi contoh. Tidak mudah menjadi seorang leader. Jadi jangan meng-klaim ini itu tentang pemimpin anda jika anda tidak punya keberanian untuk menjadi pemimpin.

Jika anda sudah berani menuding orang, artinya anda sudah siap dengan 3 jari yang mengarah ke diri anda sendiri. Lain hal nya jika anda menunjuk seseorang dengan tangan terbuka, 5 jari yang tulus diarahkan ke orang tersebut, anda pasti mendukungnya dan senantiasa dapat memberi masukan jika terdapat kekurangan pada orang tersebut.

Kisah Seorang Pertapa Dan Kepiting


Suatu ketika di sore hari yang sejuk, nampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan. Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai, sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana nampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur,dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.



Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting. Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting, engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?”


“Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa mahluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,” jawab si pertapa muda.dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.


Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungutsebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.”


“Lihat, Anak muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik,tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik,yakni untuk menolong mahluk lain, tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, bukan?”


Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang paman ajarkan.”



Mempunyai sifat belas kasih, mau memperhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orang tua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, seringkali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.



Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.



Semoga cerita ini bisa membawa hikmah, manfaat, motivasi ataupun menginspirasi bagi semua pembaca.

Pilihan Antara Wayne Rooney Dan Christian Vieri


Jika anda penggemar sepak bola, dan sudah menjadi penggila bola sejak lama, pernahkah anda mengamati tipe striker jaman dahulu dengan jaman sekarang? Apa sih bedanya Christian Vieri, mantan penyerang utama timnas Italia dengan Wayne Rooney, punggawa Manchester United sekaligus striker utama timnas Inggris? Bukan karena Bobo, panggilan akrab Christian Vieri, lebih tinggi dari Rooney, bukan juga karena Vieri dari Italia, Rooney asli Inggris, tapi lebih dari cara mereka mendapatkan bola. Wayne Rooney sering kali menjemput bola sampai ke tengah lapangan, sedangkan Vieri lebih suka bertengger di kotak penalty, menunggu umpan dari pemain tengah.

Itulah perbedaan reaktif dan proaktif. Secara harafiah, reaktif dikatakan sebagai hasil suatu stimulan. Orang yang reaktif lebih suka bereaksi dari hal-hal yang dia alami. Sebagai contoh Vieri tadi. Dia lebih suka untuk menunggu dan menunggu, sampai ada bola mendekati dirinya, untuk segera diceploskan ke dalam gawang. Beda halnya dengan proaktif. Sering kali orang berkata, jaman sekarang kita harus sering-sering menjemput bola, rejeki tidak mungkin datang begitu saja. Itulah yang dinamakan proaktif. Kita harus lebih banyak aktif dalam mengerjakan suatu hal untuk mencapai tujuan kita. Wayne Rooney sering menjemput bola dari tengah lapangan, menggiringnya ke depan, sambil sesekali melakukan "One-Two", atau umpan satu dua dengan rekan satu tim nya.

Secara statistik, orang yang bersifat proaktif akan lebih mempunyai peluang dibandingkan dengan orang yang bersifat reaktif. Anggap saja jaman dahulu kala, saat permainan judi SDSB sangat populer di Indonesia, orang sering bermain-main dengan teori probabilitas dan "luck". Pertama kita mengesampingkan faktor "luck" terlebih dahulu. Kita berbicara tentang teori probabilitas. Jika angka 00 sampai dengan 99 dianggap sebagai semesta-nya, maka kemungkinan menang jika kita memasang angka 10 adalah 1 per 100 atau 1%. Setuju? Saya bukan ahli statistik, tapi ini bisa dinalar dengan akal sehat kita. Bagaimana caranya agar kita bisa menang? Logikanya, kita harus meningkatkan persentase kemungkinan menang kita. Kita pasang nomor lain, misal 20. Jika kita memansang 2 nomor, maka kemungkinan kita menang meningkat dari 1% menjadi 2%. Demikian seterusnya, Kesimpulannya, semakin banyak kita memasang nomor, semakin banyak pula kemungkinan kita menang.

Relasi dengan Wayne Rooney dan Christian Vieri
Jika dalam suatu pertandingan sepak bola, jika seorang pemain lebih sering mendapatkan bola untuk ditendang ke gawang, semakin besar juga kesempatan dia untuk mencetak gol. Sama dengan bermain SDSB tadi. Pasang semakin banyak, kemungkinan menang semakin besar pula. Logikanya, jika Wayne Rooney sering menjemput bola dari tengah lapangan, kemungkinan dia mendapatkan bola untuk ditendang ke gawang akan lebih besar jika dibandingkan dengan Christian Vieri yang suka menunggu di dalam kotak penalty. Inilah yang disebut proaktif (Rooney) dan reaktif (Vieri).

Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak pakar menyarankan kita untuk bersifat proaktif. Steven Covey dalam bukunya "Seven habits of highly effective people" juga mengatakan hal demikian. Dia menganjurkan pembacanya untuk lebih proaktif jika ingin sukses. Sebenarnya budaya orang Indonesia sudah mencerminkan hal demikian. Paling kuat budaya ini saya lihat di orang Madura. Maaf, bukan bermaksud rasis dan mendiskreditkan suku tertentu. Saya sangat kagum dengan sifat proaktif yang dimikin orang Madura. Di beberapa kota, bahkan orang Madura menjadi raja pasar dan raja barang-barang bekas. Padahal yang bermain di wilayah itu tidak hanya orang Madura saja. Mengapa mereka bisa sukses? Karena mereka menggunakan strategi Wayne Rooney, menjemput bola. Mereka tidak hanya duduk diam saja menunggu pedangang. Mereka "belusukan", istilah dalam bahasa Jawa yang kurang lebih artinya adalah masuk ke tempat-tempat pelosok yang susah dijamah orang, mencari resources untuk pekerjaan mereka. That's the point.

Jadi, anda lebih memilih menjadi Wayne Rooney yang proaktif, atau Christian Vieri yang reaktif? Anda yang menentukan.

Orang Yang Sukses Apakah Selalu Orang Yang Ahli?


Jika anda tidak ahli memasak apakah mungkin anda sukses bisnis rumah makan ? Demikianlah pertanyaan yang seringkali muncul ketika ada orang yang tidak ahli dalam melakukan sesuatu hal, tapi bisa sukses di bisnis tersebut. Di sekeliling kita ada orang tidak ahli memotong rambut tapi bisa sukses berbisnis salon, ada orang tidak mahir bahasa Inggris, bisa mendirikan kursus Bahasa Inggris, tidak tahu soal perbengkelan, usaha bengkelnya sukses.


A. Khoerusalim adalah contoh seorang yang mengaku tidak tahu bagaimana cara membuat donut, tapi kita tahu Country Donuts adalah bisnis utamanya yang berkembang sangat pesat, jauh meninggalkan bisnis donut milik orang lain yang sudah mendapat sertifikat mahir kursus membuat donuts. Sebaliknya ada orang ahli komputer, mendirikan usaha komputer kurang laku, guru Bahasa Inggris mendirikan kursus bahasa Inggris kurang berkembang, banyak lulusan kursus perbengkelan, salon kecantikan dan lain-lain, malah usahanya kurang berkembang. Ketika kita mencoba mencari jawaban mengapa itu bisa terjadi, sebagian orang akan mengatakan "yach memang itulah nasib" mitos ini merupakan penghambat terbesar bagi kesuksesan seseorang .

Untuk menelaah mengapa orang tidak ahli "membuat barang tertentu" bisa sukses menjalankan bisnis di bidang "barang tertentu" tersebut, mari kita simak pertanyaan berikut:

  • Apakah untuk bisa mendirikan klinik atau rumah sakit, anda harus menjadi dokter terlebih dahulu ?
  • Apakah klinik milik dokter selalu lebih sukses dibanding yang bukan milik seorang dokter?
  • Apakah bengkel milik mekanik selalu lebih sukses dibanding yang milik orang tidak ahli mekanik?
  • Apakah orang yang hobby fotografi selalu lebih sukses dalam menjalankan usaha studio foto dibanding mereka yang tidak hobby fotografi ?

Bahwa ternyata, untuk sukses dalam menjalankan bisnis, anda tidak harus ahli di bidangnya. Juga tidak harus sesuai hobby. Yang penting adalah anda punya minat yang sangat kuat untuk memajukan bisnis tersebut. Hati-hatilah jika anda sekarang tengah bergulat mencoba memajukan bisnis yang sesuai dengan hobby atau keahlian anda, karena acapkali orang-orang yang ahli atau hobby dalam bidang tertentu, cenderung sulit mendelegasikan pekerjaan yang sudah jadi keahliannya. Mereka yang sangat ahli, kerapkali menganggap orang lain tidak bisa melakukan pekerjaan sebaik mereka. Keluhan mereka yang paling umum adalah,"wah, sulit sekali mendapatkan orang yang bisa bekerja baik dan bekerja keras seperti saya".

Mengapa mereka berhasil dalam bisnis padahal tidak ahli di bidang itu?

  1. Mereka yang tidak ahli dalam bidang tertentu tapi bisa sukses adalah karena mereka selalu fokus memajukan bisnisnya, bukan pada masalah teknik bekerjanya. Mereka percaya bahwa ada orang lain yang sangat ahli yang bisa menjadi bagian dari organisasi perusahaannya. Mereka memberikan kesempatan timnya untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Mereka tidak pernah takut, orang yang pintar bekerja itu akan pindah atau keluar untuk menjadi pesaingnya. Karena sesungguhnya, bisnis apapun apabila berkembang cukup baik, pasti akan mendatangkan pesaing.
  2. Mereka yang tidak ahli dalam pekerjaan tertentu, selalu mengembangkan dirinya "bekerja" sebagai pemimpin. Yang selalu ia pelajari adalah bagaimana bisa memimpin satu orang, dua orang, hingga ribuan orang.
  3. Terkait dengan sikap kepemimpinannya, mereka sangat pandai mendelegasikan pekerjaan. Setiap kali mengerjakan sesuatu, yang mereka pikirkan adalah bagaimana supaya secepatnya bisa didelegasikan ke orang lain.
  4. Mereka pintar bekerjasama dengan banyak orang. Ada orang yang bisa bekerjasama dengan orang-orang tertentu saja, tapi mereka yang sukses berbisnis sangat cepat memutuskan untuk bekerjasama atau tidak bekerjasama dengan orang lain.
  5. Mereka pandai mengembangkan sistem bisnis. Awalnya kelangsungan bisnisnya sangat tergantung pada dirinya, namun dalam perkembangan selanjutnya, sistemlah yang membuat bisnisnya berjalan. Mereka membangun sistem pemasaran, sistem keuangan, sistem pengembangan SDM yang baik
  6. Mereka pandai mengelola waktu. Orang-orang sukses pasti sangat cermat dalam memanfaatkan waktu hidupnya. Mereka sangat efektif dalam berbicara, menulis dan berbagai kegiatannya.
  7. Mereka selalu mengembangkan relasi (relationship). Bahwa kunci sukses mereka dalam menjalankankan bisnis adalah membangun relasi dengan banyak pihak. Mereka adalah orang yang tidak suka berlama-lama duduk di kantor. Kegiatan utama mereka adalah berhubungan dengan banyak orang yang potensial untuk bekerjasama.
Dari tujuh hal di atas, semakin jelas bahwa untuk sukses anda tidak perlu ahli dalam teknik tertentu tapi yang lebih penting adalah mampu mengelola bisnisnya.

Bina Atau Binasakan!


Melihat judul diatas, apa yang terlintas dibenak anda? 2 hal tadi adalah salah satu perumpamaan yang sering saya berikan kepada grup leader yang ada di sub ordinat saya. Kata-kata tersebut sering saya suntikkan ke mereka saat mereka mengalami kesulitan untuk me manage tim mereka. Bukannya saya bersikap jahat, namun itulah faktanya. Manusia harus menyadari kodratnya di dunia ini.

Jika anda bekerja sebagai karyawan di suatu perusahaan, anda harus menyadari bahwa anda bukanlah bos-nya. Artinya, anda tidak dapat dengan seenaknya berkelakuan "semau gue". Jika kebetulan anda ditunjuk menjadi perpanjangan tangan bos anda, mungkin sebagai seorang leader atau manager, anda mungkin dapat mempunyai sedikit power untuk bertindak "semau gue".

Terkait dengan judul diatas, hidup manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya proses. Suatu proses, bagi saya merupakan jalan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita semua harus melewati banyak hal, entah itu baik maupun buruk. Salah satu hal krusial dalam sebuah pencapaian tujuan adalah pemberdayaan resources atau sumber daya. Dalam hal ini adalah sumber daya manusia. Manusia dengan 1001 macam tingkah lakunya, tidak dapat dipukul rata diperlakukan dengan satu macam perlakuan. Sering kita jumpai beberapa orang yang tidak dapat mendukung proses yang kita lalui. Tidak mendukung dapat disebabkan karena dua hal utama, memang dia tidak mampu, atau dia tidak mau.

Seorang pemimpin akan lebih mudah men-develop tipe bawahan yang pertama, dia tidak mampu. Ketidak mampuan ini erat kaitannya dengan skill. Katakanlah anda bekerja di bagian administrasi, ada bawahan anda yang tidak mampu menggunakan spreadsheet untuk bekerja. Untuk mendevelop nya, anda cukup memberikan training spreadsheet. Ini yang saya sebut sebagai pembinaan.

Lain hal nya dengan faktor ke dua, dia tidak mau. Ini sudah tidak terkait lagi dengan technical skill, melainkan sudah mengarah ke interpersonal. Butuh penanganan khusu, keahlian khusus, pendekatan yang lebih dalam, dan lain sebagai nya, untuk dapat melakukan pembinaan terhadap orang seperti ini.

Sebagai leader, kita harus memperhatikan tim kita. Upaya pembinaan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan. Pemberian pelatihan, teguran, surat peringatan, merupakan beberapa contoh dari upaya pembinaan. Seyogianya, pembinaan ini akan membuat seseorang menjadi lebih baik.

Terakhir, jika memang pembinaan yang dilakukan tidak dapat memeberikan perubahan, tidak dapat membantu proses kita mencapai tujuan, sebaiknya orang tersebut kita binasakan saja.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons